_ Remah Roti _
Masih terasa bau anyir dan amis cairan pekat berwarna merah di jalanan. Tempat persinggahan yang dulunya ramai akan pengunjung, kini hanya tinggal warung usang yang tak terurus. Persimpangan jalan yang biasanya ramai menjadi tempat menongkrong ria, mulai menyepi. Tidak ada lagi yang bersantai sambil menunggu angkutan umum tiba. Senda gurau di sore hari pun perlahan menghening.
Semua berubah begitu saja, ketika hari ‘berdarah’ itu terjadi di suatu petang penuh gerimis. Tatkala kesombongan menjatuhkan harga diri dan egonya. Hingga saat ini, tak lagi kutemui suara teriakan dari warung kecil di seberang jalan.
“Pergi! Pergi dari sini, kau mengotori warungku! dasar tak tahu malu. Semua orang bekerja untuk makan, bukan meminta-minta seperti kau,” bentak seorang wanita paruh baya. Teriakan tersebut terdengar hingga ke warung tempatku beristirahat.
“Kerja sana! Kau pikir hidup ini serba gratis, ha? Semua butuh duit!” Begitulah yang terjadi. Hal yang sama seperti hari-hari sebelumnya.
Setiap siang, seorang pria renta yang sudah memasuki usia senja datang dan beristirahat di depan warung tersebut. Dengan pakaian kumal dan berlubang di beberapa tempat, ia duduk di teras kedai makan kecil itu hanya untuk melindungi diri dari teriknya matahari. Tak luput pula, sebuah topi usang yang melingkar di kepala ia kibas-kibas di depan wajah. Sesekali aku melihat, mata layunya melirik ke dalam kedai. Melihat wajah cerah para pengunjung yang sedang menikmati makan siang. Yang bahkan tidak peduli ataupun bersimpati pada kejadian yang terjadi di hadapan mereka.
Tidak kuketahui jelas, kapan hal ini di mulai. Yang pasti, sejak seminggu lalu ketika aku ditugaskan untuk mengabdi di tempat terpencil ini. Sering kudapati wanita paruh baya itu sedang memarahi pria renta yang usianya lebih tua dari dirinya.
Seperti biasa pula. Setelah puas memaki-maki pria tua tersebut, wanita itu akan melempar beberapa keping roti yang sudah hancur ke lantai warung yang kotor. Sebelum akhirnya ia berlalu masuk ke dalam. Namun, pria renta tersebut tak malu untuk memungut dan memakannya demi mengisi kekosongan perut. Bahkan tanpa ragu, ia menundukkan kepala pada wanita itu hanya untuk sekedar berterima kasih.
Setelah wanita tersebut menghilang ke dalam warung, seorang anak laki-laki berlari menghampiri pria tua itu. kupikir, bocah itu berusia sekitar 5 tahun. Dengan senyum riang yang polos, ia membawa robot yang sama setiap hari dan bermain di depan pria renta tersebut. senyum tipis dari bibir yang telah mengering itu pun terukir jelas, meski aku melihatnya dari jauh. Raut wajahnya bahagia, seolah sedang menemani cucu yang bermain. Sesekali, bocah itu memberikan dua bungkus roti yang layak dibandingkan pemberian wanita pemilik warung pada pria tua tersebut.
Namun sama seperti sebelumnya, kebahagiaan itu tidak akan berlangsung lama. Wanita yang sepertinya adalah ibu dari bocah laki-laki tersebut, datang sambil membawa dua batang lidi dan memaksa masuk sang anak. Meski bocah itu tampak berat hati, ia akhirnya tetap menurut dan masuk ke dalam warung sekaligus rumah mereka. Biasanya, pria renta itu akan beranjak meninggalkan warung tersebut usai bermain dengan sang bocah.
Tetapi hari itu, ia terpaksa menunggu di warung tersebut lebih lama dari biasanya. Hujan dengan tiba-tiba membasahi tanah dengan deras. Mengharuskanku berhenti melihat rutinitas pria tua tersebut.
Hujan pun mereda ketika hari beranjak petang. Menyisakan rinai-rinai kecil dan aroma petrikor. akhirnya dapat kulihat lagi pria tua itu yang kini sedang bersiap-siap untuk pulang. setelah memastikan tidak ada kendaraan yang akan lewat, pria renta tersebut mulai menyeberang. Namun mendengar suara bocah kecil yang berteriak memanggil namanya, langkah pria itu terhenti beberapa meter dari bahu jalan di seberang. Ia mendapati bocah kecil itu sedang melambai ke arahnya sambil menenteng kantung plastik yang entah apa isinya.
Meski berkali-kali sang ibu berteriak memanggil, sedikitpun tak dihiraukannya. Kemudian tanpa melihat sisi kiri-kanan jalan, ia berlari-lari kecil dengan senyum manis menghampiri pria renta tersebut. Tak peduli dengan teriakan yang semakin riuh dari beberapa orang yang ada di sana.
Hanya dalam seperkian detik saja, petang berpeluh gerimis itu membawa bau amis darah dari kejauhan. Mengabarkan pada seisi bumi, seseorang telah berpulang. Teriakan yang tadinya memenuhi jalan, seketika membisu. Berganti debar jantung yang melaju dengan ritme tak beraturan. Dalam beberapa saat, kami terpaku. Memastikan kejadian naas yang terjadi beberapa detik lalu. Setelah mendengar langkah kaki berlarian, tubuhku mendadak limbung. Dengan kaki yang seolah mati rasa, kupaksakan membawanya menuju kerumunan massa.
Hal pertama yang kulihat, cairan pekat dari tubuh yang sudah membisu. Tubuh senja dari pemilik senyum tipis yang tak pernah berkecil hati, meski acap kali direndahkan dan dimaki. Sementara di sebelahnya, terduduk lemas seorang bocah dengan wajah pasi. Di sisi kanan, seorang wanita menangis sambil memeluk dirinya yang tak luput dari percikan merah. Beberapa saat setelah ia sadar bahwa pria itu tidak akan lagi menemaninya bermain, bocah kecil tersebut mulai sesenggukan dan menangis keras. Menambah kepiluan petang hari itu.
Dan hari ini, tidak lagi kulihat pria senja yang selalu tersenyum tanpa rasa kecewa. Dan wajah riang yang begitu polos mengajaknya bermain. Beberapa minggu setelah hari naas tersebut, warung makan itu pun seketika sunyi. Entah kemana wanita pemilik warung bersama anaknya pergi. Yang pasti, harga dirinya jatuh. Ketika orang yang selalu ia perlakukan dengan buruk, malah menjadi malaikat penyelamat putra semata wayangnya dari maut. Tak satu pun dari orang-orang yang telah menyaksikan hari naas itu terjadi, mampu melupakannya begitu saja. Begitu pula dengan wanita paruh baya tersebut.
Akibat jalanan yang licin, seorang pengendara motor yang melaju dengan kecepatan tinggi tak mampu menyeimbangkan kendaraannya. Dipicu rasa kaget ketika melihat seorang bocah melintas di jalurnya, dengan cepat ia mengambil langkah. Namun terlambat. Motor miliknya lebih dulu mengenai dan melempar tubuh renta yang berlari menolong sang bocah ke jalanan yang basah. Menurut kabar yang beredar, pengendara motor tersebut juga berada dalam kondisi parah dan masih dirawat di salah satu rumah sakit.